Oleh karenanya, seorang da’i hendaklah
memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada orang lain kemudian
memupuknya, sehingga celah-celah keburukan yang ada padanya tersingkir
dan ia mau bangkit berdiri melangkah di jalan Islam.
Tugas seorang da’i seperti tugas seorang
pengajar dan dokter yang akan memberikan obat sesuai dengan penyakit
yang diderita oleh pasiennya. Tidak masuk akal kalau semua pasien diberi
obat yang sama, karena penyakit mereka tentu berbeda-beda satu sama
lain.
Pengajar dan doktor adalah da’i yang
paling berjaya, jika mereka bersedia melakukan pekerjaan itu dengan
didasari keimanan kepada Allah dan untuk menegakkan agama-Nya. Didasari
oleh alasan inilah, para misionaris dalam memerangi dunia Islam
memusatkan perhatian mereka pada universitas-universitas dan rumah
sakit-rumah sakit, serta menyalurkan berbagai bentuk bantuan.
Tugas pengajar adalah menghayati hati
dan pola pemikiran siswa, lalu membimbing mereka sedikit demi sedikit,
sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksana, sedangkan tugas
dokter adalah menghapus penderitaan pasien dengan kata-kata yang
dipenuhi keimanan dan memberikan obat yang sesuai.
Mungkinkah seorang da’i mengajak orang lain untuk kembali kepada ajaran-ajaran Islam tanpa memberikan kasih sayang kepadanya?
Perilaku dan keteladanan seorang da’i yang ikhlas akan mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada tulisan dan ceramah. Ibarat remote control yang
dapat digunakan untuk memindahkan acara TV dari jarak yang jauh tanpa
harus memakai kabel, begitu juga dengan seorang da’i yang ikhlas dan
penuh kasih sayang. la tidak akan kesulitan memasukkan apa yang ada
dalam hatinya ke dalam hati orang lain.
No comments:
Post a Comment